Mengapa Mengantuk Menyebabkan Menguap ?
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
mengantuk adalah rasa atau perasaan hendak tidur. Mengantuk bukanlah
suatu hal yang asing lagi bagi kita. Mengantuk merupakan fenomena yang sudah
sangat sering kita lihat bahkan kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Mulai
dari anak-anak, remaja, dewasa, lansia, pasti pernah mengantuk.
Mengatuk
tidak mengenal waktu. Baik pagi, siang, sore, atau malam kita bisa saja
mengantuk. Mengantuk sebenarnya tidak berbahaya apabila datang pada waktu yang
tepat, misalnya mengantuk sebelum tidur. Tapi apabila rasa mengantuk datang
pada saat yang tidak tepat, maka itu bisa membuat malapetaka bagi kita.
Misalnya, ketika kita mengantuk saat
belajar, kita tidak bisa lagi berkonsentrasi terhadap pelajaran, sehingga kita
tidak mengerti dengan materi yang telah
diajarkan oleh guru, karena tidak mengerti, kita tidak bisa mencapai kriteria
ketuntasan minimum, dan akhirnya kita bisa tinggal kelas karena itu. Belum lagi
apabila rasa mengantuk itu datang saat kita mengendarai kendaraan bermotor,
kita bisa mengalami kecelakaan hingga berujung kematian.
Proses
mengantuk sendiri merupakan hasil dari peninggian hormon melatonin yang
disekresikan oleh kelenjak pineal di otak, sebagian disekresikan di lambung dan
usus. Melatonin ini meninggi saat mata menangkap kegelapan, dan menurun saat
mata menangkap cahaya. Jadi, berdasarkan teori ini, manusia memang memiliki jam
tidur pada malam hari dan jam kerja pada siang hari. Gangguan pada hormon ini
akan menyebabkan insomnia (sulit tidur pada malam hari).
Menguap
terjadi pada saat tubuh kekurangan oksigen. Dengan menguap, kita menghirup
oksigen sebanyak-banyaknya melalui mulut agar dapat memenuhi kekurangan oksigen
di dalam tubuh. Kita bisa membuktikannya sendiri, bahwa saat menguap, kita akan
mengambil nafas dalam-dalam, bukan membuang nafas.
Hal-hal yang menyebabkan tubuh kekurangan oksigen antara
lain :
a. Kelaparan.
Dalam keadaan kurangnya asupan glukosa, maka metabolisme otak akan menurun.
Otak merupakan organ yang paling banyak mengonsumsi glukosa dan oksigen. Menurunnya
asupan glukosa, maka secara tidak langsung menurunkan konsumsi oksigen oleh
otak. Reaksi selanjutnya, selain menerbitkan rasa lapar ke daerah lambung,
adalah menguap.
b. Keletihan.
Penggunaan energi untuk bekerja otomatis membutuhkan oksigen sebagai bahan
bakarnya (oksidasi). Selain membutuhkan oksigen yang banyak, hasil oksidasi
juga memunculkan oksidan yang harus dibuang. Jika menumpuk, maka ia akan
mengganggu sirkulasi darah. Menguap membantu mencukupi kebutuhan oksigen yang
kurang tersebut.
c. Belajar ataupun hal-hal yang memeras pikiran.
Para pelajar, mahasiswa, analis, dokter, dan sebagainya yang sehari-harinya mengandalkan
otaknya untuk bekerja, maka akan lebih sering menguap. Biasanya, proses ini
diikuti dengan rasa lapar. Metabolisme otak yang tinggi membutuhkan asupan
glukosa dan oksigen lebih banyak lagi.
d. Stress ataupun
beban psikologis lain. Saat stress ataupun terbeban sesuatu, reaksi pertama
pada manusia adalah mempercepat denyut jantungnya, mempercepat nafasnya. Bagi
mereka yang terbiasa dengan kondisi ini, misalnya pada dokter UGD, pemadam
kebakaran, tentara, reaksi ini tidak menimbulkan dampak apapun. Tetapi pada
mereka yang tidak terbiasa, mekanisme alert ini akan membuatnya cepat letih,
yang pada gilirannya nanti dia akan menguap.
e. Tekanan udara
yang tinggi. Pada daerah yang sangat tinggi, tekanan udara yang tinggi akan
menyebabkan paru-paru sulit mengambil udara. Jika tidak ada latihan sebelumnya,
maka hal ini akan sangat berbahaya, misalnya di atas pesawat, jet, dan
sebagainya.
No comments:
Post a Comment