Sunday, October 26, 2014

Reflective Essay : Kunjungan ke Monumen Pangsar TNI Jenderal Soedirman

NAMA          : ANGGUN TRISNA WATI
NIM              : G1D014011
KELOMPOK : 3
Reflective essay kunjungan ke monumen pangsar TNI Jenderal Soedirman

Description
Pada hari jum’at, 24 Oktober 2014 saya mengikuti kunjungan ke Monumen Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman. Monumen Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman berada di kota Purwokerto. Monumen ini terdiri dari dua lantai. Pada lantai bawah berisi foto-foto perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam merebut Yogyakarta kembali sebagai ibukota Indonesia (pada saat itu) dari kolonial Belanda. Foto-foto berukuran besar tersebut bergantungan di dinding yang melingkar. Ada juga biografi singkat, amanat Panglima Besar, lukisan patung dada, dan peta rute gerilya dilengkapi sebuah replika tandu gerilya. Pada lantai dua berisi relief sejarah bangsa Indonesia dalam Perang Kemerdekaan  1945 dan patung Jenderal Soedirman yang duduk diatas punggung kuda yang terbuat dari perunggu seberat 5,5 ton dan tinggi 4,5 meter. Patung Jenderal Soedirman memiliki arah hadapan yang berbeda. Patung kuda menghadap ke arah sebelah barat sedangkan Jenderal Soedirman menghadap ke sebelah timur.
Jenderal Soedirman lahir pada hari senin pon tanggal 24 Januari 1916 di Dukuh Rembang, Desa Bantar Barang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, sekitar 30 kilometer dari pusat kota Purbalingga. Jenderal Soedirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat sianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang Jenderal. Beliau merupakan orang termuda dan sekaligus pertama di Indonesia. Sejak kecil, beliau merupakan seorang anak yang pandai dan juga sangat menyukai organisasi. Dimulai dari organisasi yang terdapat di sekolahnya dahulu, beliau sudah menunjukkan criteria pemimpin yang disukai di masyarakat. Keaktifan beliau pada pramuka hizbul wathan menjadikan beliau seorang guru sekolah dasar Muhammadiyah di kabupaten Cilacap.
Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya  melawan Belanda. Pendidikan Jenderal Soedirman dimulai dari pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa  nasional tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat karena ayahnya meninggal dan kembali ke Cilacap. Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Pendidikan di PETA dilakukan oleh tentara Jepang pada saat itu. Ketika sudah menyelesaikan pendidikannya di PETA, kemudian beliau menjadi seorang Komandan Batalyon yang berada di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian beliau menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana beliau selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.  Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini beliau mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia.
Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, kemudian beliau diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, beliau terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya beliau mulai menderita penyakit tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya beliau tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda.
Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk merdeka. Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara NICA dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.
Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 beliau dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Beliau memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya. Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, beliau sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu beliau tetap ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara gerilya.
Penyakit yang diderita beliau saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Pada tangal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Beliau dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997, beliau mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh beberapa jenderal di RI sampai sekarang.

Feeling
Perasaan saya ketika mengikuti kegiatan kunjungan ke monumen pangsar  TNI Jenderal Soedirman adalah senang. Karena dengan diadakannya kegiatan ini saya dapat mengetahui tentang bagaimana sejarah perjuangan Jenderal Soedirman. Selain itu, kegiatan kunjungan ini dapat menimbulkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi sebagai generasi muda untuk selalu mengingat sejarah bangsa Indonesia ini.

Evaluation
Kegiatan kunjungan ini sangat bermanfaat. Karena telah kita ketahui bahwa akhir-akhir ini banyak sekali generasi muda yang tidak mau tahu atau tidak peduli tentang sejarah bangsa Indonesia. Saya ambil contoh, dalam kegiatan kunjungan kemarin ada beberapa mahasiswa yang tidak memperhatikan penjelesan dari juru bicara monumen pangsar TNI Jenderal Soedirman, tetapi malah asyik dengan kegiatan berfoto-foto. Menurut saya hal tersebut sangat disayangkan sekali.

Analysis
Kegiatan kunjungan ini membawa banyak sikap positif untuk saya. Selain itu, kegiatan ini juga mempunyai makna tersendiri untuk saya yaitu saya dapat mengetahui begitu semangatnya Jenderal Soedirman ketika berperang untuk membela tanah air Indonesia ini.

Conclusion
Kesimpulan dari kegiatan kunjungan ini adalah saya dapat mengetahui sejarah perjuangan Jenderal Soedirman. Selain itu saya dapat lebih menghargai jasa-jasa pejuang terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, terutama jasa Panglima Besar Jenderal Soedirman yang berjuang dengan keadaan sakit.

Action Play

Setelah diadakannya kegiatan kunjungan ini diharapkan kepada generasi muda penerus bangsa agar dapat mengetahui sejarah bangsa Indonesia, serta dapat menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme yang tinggi untuk menghargai jasa-jasa para pejuang terdahulu.

Berikut ini adalah beberapa foto hasil dari kunjungan ke Monumen Pangsar TNI Jenderal Soedirman :






1 comment:

  1. Spinning zinc oxide and titanium dioxide sunscreen
    The sun, sun, and moon titanium tent stakes all in one, have long been a titanium tv apk part of the titanium armor planet. SPINNING. titanium stud earrings Spinning sun and moon pure titanium earrings is one of the worlds most beautiful and

    ReplyDelete