NAMA : ANGGUN TRISNA WATI
NIM : G1D014011
KELOMPOK : 3
Reflective essay
kunjungan ke monumen pangsar TNI Jenderal Soedirman
Description
Pada hari jum’at, 24 Oktober 2014 saya mengikuti
kunjungan ke Monumen Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman. Monumen Panglima Besar
TNI Jenderal Soedirman berada di kota Purwokerto. Monumen ini terdiri dari dua
lantai. Pada lantai bawah berisi foto-foto perjuangan Panglima Besar Jenderal
Soedirman dalam merebut Yogyakarta kembali sebagai ibukota Indonesia (pada saat
itu) dari kolonial Belanda. Foto-foto berukuran besar tersebut bergantungan di
dinding yang melingkar. Ada juga biografi singkat, amanat Panglima Besar,
lukisan patung dada, dan peta rute gerilya dilengkapi sebuah replika tandu
gerilya. Pada lantai dua berisi relief sejarah bangsa Indonesia dalam Perang
Kemerdekaan 1945 dan patung Jenderal
Soedirman yang duduk diatas punggung kuda yang terbuat dari perunggu seberat
5,5 ton dan tinggi 4,5 meter. Patung Jenderal Soedirman memiliki arah hadapan
yang berbeda. Patung kuda menghadap ke arah sebelah barat sedangkan Jenderal
Soedirman menghadap ke sebelah timur.
Jenderal Soedirman lahir pada hari senin pon tanggal 24
Januari 1916 di Dukuh Rembang, Desa Bantar Barang, Kecamatan Rembang, Kabupaten
Purbalingga, Jawa Tengah, sekitar 30 kilometer dari pusat kota Purbalingga. Jenderal
Soedirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang yang pernah
dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat sianya masih 31 tahun ia sudah menjadi
seorang Jenderal. Beliau merupakan orang termuda dan sekaligus pertama di
Indonesia. Sejak kecil, beliau merupakan seorang anak yang pandai dan juga
sangat menyukai organisasi. Dimulai dari organisasi yang terdapat di sekolahnya
dahulu, beliau sudah menunjukkan criteria pemimpin yang disukai di masyarakat.
Keaktifan beliau pada pramuka hizbul wathan menjadikan beliau seorang guru
sekolah dasar Muhammadiyah di kabupaten Cilacap.
Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap
bergerilya melawan Belanda. Pendidikan
Jenderal Soedirman dimulai dari pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa,
sebuah sekolah yang terkenal berjiwa
nasional tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah,
Solo tapi tidak sampai tamat karena ayahnya meninggal dan kembali ke Cilacap. Sementara
pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah
Air (Peta) di Bogor. Pendidikan di PETA dilakukan oleh tentara Jepang pada saat
itu. Ketika sudah menyelesaikan pendidikannya di PETA, kemudian beliau menjadi
seorang Komandan Batalyon yang berada di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian beliau
menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih
menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan
pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana beliau selalu
mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan
pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam
sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai
seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah
air, bangsa, dan negara. Pada masa
pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini
beliau mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan
kemerdekaan Indonesia. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara
setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di
Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah
resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik
Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional
Indonesia.
Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, kemudian
beliau diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan
melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, beliau terpilih menjadi
Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya beliau mulai
menderita penyakit tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya beliau tetap terjun
langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda.
Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia
II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda
(Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk
merdeka. Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia
dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang
bersama dengan tentara NICA dari Belanda yang hendak mengambil kembali
Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam
banyak pertempuran dengan tentara sekutu.
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah
perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung
dari bulan November sampai Desember 1945. Pada Desember 1945, pasukan TKR yang
dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di
Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan
serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal
yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan
Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.
Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada
tanggal 18 Desember 1945 beliau dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden
Soekarno. Beliau memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem
Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya. Saat
terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di
Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman
memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal
19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, beliau sudah dalam
keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama.
Walaupun begitu beliau tetap ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya
dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan
terhadap pasukan Belanda secara gerilya.
Penyakit yang diderita beliau saat berada di Yogyakarta
semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena
penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai
oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden
Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh
tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu
berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia
berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari
gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa
pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan
tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena
kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang
secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik
layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai
Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag,
Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil
Presiden Mohammad Hatta.
Pada tangal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal
dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang
dideritanya. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki,
Yogyakarta. Beliau dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun
1997, beliau mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang
lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh beberapa jenderal di RI sampai sekarang.
Feeling
Perasaan saya ketika mengikuti kegiatan kunjungan ke monumen
pangsar TNI Jenderal Soedirman adalah
senang. Karena dengan diadakannya kegiatan ini saya dapat mengetahui tentang
bagaimana sejarah perjuangan Jenderal Soedirman. Selain itu, kegiatan kunjungan
ini dapat menimbulkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi sebagai
generasi muda untuk selalu mengingat sejarah bangsa Indonesia ini.
Evaluation
Kegiatan kunjungan ini sangat bermanfaat. Karena telah
kita ketahui bahwa akhir-akhir ini banyak sekali generasi muda yang tidak mau
tahu atau tidak peduli tentang sejarah bangsa Indonesia. Saya ambil contoh,
dalam kegiatan kunjungan kemarin ada beberapa mahasiswa yang tidak
memperhatikan penjelesan dari juru bicara monumen pangsar TNI Jenderal
Soedirman, tetapi malah asyik dengan kegiatan berfoto-foto. Menurut saya hal
tersebut sangat disayangkan sekali.
Analysis
Kegiatan kunjungan ini membawa banyak sikap positif untuk
saya. Selain itu, kegiatan ini juga mempunyai makna tersendiri untuk saya yaitu
saya dapat mengetahui begitu semangatnya Jenderal Soedirman ketika berperang
untuk membela tanah air Indonesia ini.
Conclusion
Kesimpulan dari kegiatan kunjungan ini adalah saya dapat
mengetahui sejarah perjuangan Jenderal Soedirman. Selain itu saya dapat lebih
menghargai jasa-jasa pejuang terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia, terutama jasa Panglima Besar Jenderal Soedirman yang berjuang dengan
keadaan sakit.
Action Play
Setelah diadakannya kegiatan kunjungan ini diharapkan
kepada generasi muda penerus bangsa agar dapat mengetahui sejarah bangsa Indonesia,
serta dapat menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme yang tinggi untuk
menghargai jasa-jasa para pejuang terdahulu.
Berikut ini adalah beberapa foto hasil dari kunjungan ke Monumen Pangsar TNI Jenderal Soedirman :
Spinning zinc oxide and titanium dioxide sunscreen
ReplyDeleteThe sun, sun, and moon titanium tent stakes all in one, have long been a titanium tv apk part of the titanium armor planet. SPINNING. titanium stud earrings Spinning sun and moon pure titanium earrings is one of the worlds most beautiful and